TAMPAKNYA negara Iran mulai membuka diri, setidaknya untuk olahraga Catur, meskipun hukum Syariah Islam masih dan tetap diberlakukan ketat. Semua peserta Kejuaraan Dunia Catur Wanita 2017 diwajibkan memakai hijab/jilbab saat bertanding, bila tidak bersedia maka akan didiskualifikasi oleh panitia pelaksana Iran Chess Federation yang telah ditunjuk oleh Federasi Catur Internasional (FIDE) sebagai tuan rumah penyelenggara. Seketika pro-kontra menerpa 64 pecatur wanita yang telah lolos kualifikasi dari berbagai event atau kejuaraan catur zona-zona di lima benua dan yang telah ditetapkan sebagai peserta oleh FIDE sejak sebulan yang lalu (Januari 2017).
Beberapa peserta tidak saja melancarkan protes, tapi juga memboikot. Salah seorang diantaranya adalah Juara Dunia Catur Wanita 2015 GM-WGM Mariya Muzychuk dari Ukraina yang mengundurkan diri dari kejuaraan ini walaupun dengan terpaksa (telah dimuat pada artikel bagian 1 – redaksi). Yang menarik, kakak perempuan Mariya Muzychuk yaitu GM-WGM Anna Muzychuk yang juga merupakan Juara Dunia Catur Cepat dan Catur Kilat Wanita saat ini (hasil Women’s World Rapid and Blitz Chess Championships 2016 yang dipertandingkan di Doha Qatar pada penghujung tahun 2016 tanggal 25 s/d 31 Desember), tidak mau “ikut-ikutan” dengan keputusan yang dipilih oleh adiknya. “Mariya sudah dewasa dan mampu memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya,” kata Anna Muzychuk singkat ketika dimintai komentar oleh wartawan. Dia memastikan dirinya akan tetap ikut bertanding di Kejuaraan Dunia Catur Wanita 2017 ini yang acara pembukaannya akan digelar nanti malam Jumat 10 Februari 2017 sekitar pukul 21.00 WIB di Espinas Palace Hotel Tehran Iran.
(Sama-sama cantik dan menarik. Kiri sang adik Mariya Muzychuk dan kanan sang kakak Anna Muzychuk)
Selain Mariya Muzychuk, yang terdengar “kencang” menentang pemakaian hijab adalah pecatur putri debutan baru Amerika: IM-WGM Nazi Paikidze, yang menulis di akun instagramnya bahwa dia tidak akan ikut bertanding di Iran: “Beberapa orang menganggap jilbab adalah bagian dari budaya Islam. Tapi saya tahu bahwa banyak wanita Iran yang dengan berani memprotes hukum yang sengaja dipaksakan ini setiap hari, dan mempertaruhkan banyak risiko dengan melakukannya. Itu sebabnya saya tidak akan memakai jilbab dan tidak akan mendukung penindasan terhadap perempuan. Saya tidak akan ikut bertanding di Iran." Nazi Paikidze bahkan juga meluncurkan petisi di Change.org: “Isu ini jauh melampaui dunia catur. Meskipun telah ada kemajuan sosial di Iran, hak-hak perempuan tetap sangat terbatas. Ini lebih dari satu peristiwa, ini adalah perjuangan untuk hak-hak perempuan!" Petisinya itu telah ditandatangani lebih dari 3.000 orang.
Nazi Paikidze: “Ini adalah posting bagi mereka yang tidak mengerti mengapa saya memboikot keputusan FIDE. Saya pikir itu tidak bisa diterima, untuk menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Catur WANITA, di mana perempuan tidak memiliki hak-hak dasar (asasi) dan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua. Mereka mengatakan bahwa saya tidak tahu apa-apa tentang Iran, tapi saya telah menerima dukungan dan rasa terima kasih dari orang-orang Iran yang menghadapi situasi ini setiap hari.” (Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di sini versi bahasa Inggrisnya: “I will NOT wear a hijab”: U.S. chess star refuses to attend world championships in Iran)
Selain Nazi Paikidze, rekannya yang sama-sama dari AS dan merupakan Juara Nasional Catur Putri Amerika tujuh kali, GM-WGM Irina Krush, juga memutuskan untuk tidak ikut bertanding di Teheran, bukan karena “peraturan hijab” tetapi karena kuatir situasi keamanan di Iran dan mengikuti rekomendasi dari Departemen Luar Negeri AS yang memperingatkan warga negara perempuan Amerika untuk tidak melakukan perjalanan ke Iran kalau tidak terpaksa atau mendesak. Juga yang membatalkan keikutsertaannya di Kejuaraan Dunia Catur Wanita 2017 adalah pecatur wanita peringkat ke-4 dunia: GM-WGM Humpy Koneru dari India, tapi dia tanpa menyatakan alasannya.
Yang paling disayangkan oleh para pemirsa catur adalah mundurnya pecatur wanita terkuat di dunia saat ini dari kejuaraan ini, yaitu Juara Dunia Catur Wanita 4x berturut-turut Grandmaster Hou Yifan dari China, yang memboikot bukan karena aturan wajib memakai hijab saat bertanding, melainkan karena ingin mengubah sistem yang diterapkan oleh FIDE dalam menentukan Juara Dunia “Sejati” Catur Wanita. Petikan wawancara berikut berlangsung 6 bulan sesudah Hou Yifan mempertahankan gelar Juara Dunia “Sejati” Catur Wanita yang digenggamnya untuk ke-empat kalinya pada “Women’s World Chess Championship Match 2016” di Lviv Ukraina bulan Maret 2016 menghadapi Mariya Muzychuk.
Wartawan: Jika Anda tidak ikut bertanding di antara 64 pecatur wanita yang berhak tampil di Women’s World Chess Championship 2017 di Iran, selanjutnya kita akan memiliki Juara Dunia Catur Wanita yang baru, dan Anda tidak akan dapat menantang dia pada tahapan selanjutnya karena Anda juga telah meninggalkan siklus FIDE Women’s Grand Prix yang mencari penantang. Anda akan kehilangan gelar “Juara Dunia Sejati Catur Wanita” tanpa bertanding... Apakah Anda telah siap dengan konsekuensinya?
Hou Yifan: Itu benar sesuai sistem yang diterapkan oleh FIDE untuk Kejuaraan Dunia Catur Wanita saat ini, dan itulah sebabnya ini adalah saat yang tepat untuk memperbaiki sistem tersebut. Saya tidak mengusulkan ini serta merta sesudah memenangkan gelar pertama saya, saya sudah melakukannya selama enam tahun sekarang (saat wawancara tahun 2016 – red) ... Terlepas dari alasan saya sebelumnya, titik umum adalah sistem yang diterapkan FIDE secara keseluruhan tidak logis: pemenang Women’s World Chess Championship 2017 yang menggunakan sistem gugur akan disebut "Juara Dunia" sementara “Juara Dunia Sejati” sebelumnya akan kehilangan gelarnya. Saya telah menunjukkan kinerja saya dalam format kejuaraan yang diterapkan FIDE untuk masa enam tahun, dan sekarang adalah waktu untuk membuat perubahan. Saya telah memendam ide ini untuk waktu yang lama, tapi sampai sekarang pun saya terus berpikir "Apakah saya cukup ‘kuat’ untuk meminta perubahan sistem?", dan mungkin FIDE akan serius mempertimbangkan jika kita menang di berbagai turnamen catur tingkat dunia... Ini yang mendorong saya untuk terus bermain dalam siklus Kejuaraan Dunia Wanita selama ini, tapi setelah memenangkan tiga kali duel match dan FIDE masih menolak semua proposal saya, saya tidak melihat titik penting lagi untuk terus bermain dalam sebuah sistem yang tidak logis dan tidak adil. Saya sudah siap dengan segala konsekuensinya.
Wartawan: Tepatnya sejauh mana Anda menginginkan sistem yang diterapkan oleh FIDE untuk dimodifikasi?
Hou Yifan: Pada dasarnya harus diadakan seperti pada Kejuaraan Dunia Catur Pria, ada kejuaraan kualifikasi, ada FIDE Grand Prix, ada kejuaraan kandidat, dan finalnya adalah World Chess Match (antara Magnus Carlsen vs Sergey Karjakin – red) dengan pemenangnya berhak menyandang gelar Juara Dunia Catur Sejati. Ini adalah cara Kejuaraan Dunia ditangani dalam sebagian besar sejarah catur. Namun, seperti yang dikemukakan FIDE bahwa terlalu rumit atau terlalu sulit untuk mencari sponsor, saya memiliki solusi yang sangat sederhana: tetap pada sistem saat ini, tetapi memperpanjang Grand Prix seperti pada Grand Prix pria, sehingga lebih banyak pecatur perempuan dapat berpartisipasi. Lalu Women’s World Chess Championship. Tapi harus ada satu perbedaan penting: pemenang yang beruntung pada akhir siklus Grand Prix atau pada final Women’s World Chess Championship, bukan mendapat gelar sebagai “Juara Dunia” tapi sebagai “Penantang (Challenger)”. Mereka mendapat hak untuk bertanding sepuluh babak untuk memperebutkan gelar Juara Dunia Catur Wanita.
Catatan: FIDE pernah menggunakan sistem yang sama antara Kejuaraan Dunia Catur Wanita saat ini dengan Kejuaraan Dunia Catur Pria di masa lalu, dengan 128 pemain memulai kejuaraan yang menggunakan sistem gugur. Tapi sistem ini telah ditinggalkan untuk bagian pria saat ini, karena gelar Juara Dunia yang direbut saat itu pernah dimenangkan oleh pemain yang tidak berada dalam sepuluh atau bahkan dua puluh besar dunia.
Wartawan: Jadi Women’s World Chess Championship diadakan dua tahun satu kali, berseling dengan Women’s World Chess Match?
Hou Yifan: Ya tentu saja. Melaksanakan dua Kejuaraan Dunia Catur Wanita dalam satu tahun akan mengurangi nilai dari gelar “Juara Dunia” tersebut. Magnus adalah contoh sempurna: sejauh ini dia adalah pemain terkuat di dunia, dan telah memenangkan dua pertandingan Kejuaraan Dunia. Secara tidak langsung bahkan dia telah melawan pemain kualifikasi yang diperoleh dari FIDE Grand Prix, juga pemenang Piala Dunia dan pemenang Kandidat. Bulan lalu Sergey Karjakin adalah pemenang yang beruntung dari siklus kualifikasi tahun 2016. Dia menjadi penantang utama dan mendapat kesempatan melawan Magnus pada bulan November 2016. Mengapa kita tidak bisa memiliki sistem yang sama bagi perempuan?
Wartawan: Kedengarannya sangat logis. Namun FIDE mengatakan bahwa sistem yang diterapkan untuk kelompok Perempuan saat ini sangat populer di kalangan gadis-gadis karena mereka punya kesempatan bermain catur lebih banyak di tahap kualifikasi maupun acara puncaknya: Kejuaraan Dunia Catur Wanita...
Hou Yifan: Itu akan tetap persis sama, hanya saja pemenang yang beruntung tidak serta merta mendapatkan gelar tertinggi dalam catur wanita, tetapi hanya memperoleh hak untuk menantang pemegang gelar saat ini.
Wartawan: Apa tanggapan FIDE untuk proposal Anda?
Hou Yifan: Mereka terus menjanjikan untuk mempertimbangkan, untuk membahas di pertemuan Dewan Presiden dan berbicara dengan pecatur-pecatur wanita lainnya. Mereka mencoba untuk mencari solusi nantinya... Yang telah berlangsung selama tiga atau empat tahun sekarang. Jadi saya telah memutuskan untuk keluar dari FIDE Women’s Grand Prix dan menunggu apakah itu akan direformasi.
Wartawan: FIDE sudah menyatakan bahwa tidak mungkin mendapatkan dana sponsor untuk Women’s World Chess Championship yang diimpikan oleh banyak pecatur wanita, jika kejuaraan dunia itu hanya menghasilkan seorang penantang (challenger) bukannya Juara Dunia...
Hou Yifan (sambil mengerutkan kening): Ya memang Anda dapat membuat sebuah turnamen lebih menarik dengan menyebutnya sebagai kejuaraan dunia. Tapi coba bayangkan jika turnamen Wijk aan Zee, St Louis atau Norwegia Chess Championship akan menghasilkan gelar juara dunia dan Juara Dunia yang sebenarnya secara otomatis akan kehilangan gelarnya. Tentu penyelenggara dan para pemain peserta “mungkin” akan sangat menyukainya, tapi itu jelas akan sangat mengurangi nilai dari gelar “Juara Dunia”.
Wartawan: Yifan, jika Anda keluar dari siklus kejuaraan catur wanita, Anda bisa menjadi semacam Judit Polgar. Anda akan menjadi pecatur wanita terkuat di planet ini, seratus poin ELO Rating di atas yang lain, tetapi Anda hanya bermain di turnamen catur pria?
Hou Yifan (agak tersenyum): Yah, tidak persis... Tentu saja Judit merupakan contoh yang bagus untuk pecatur wanita, mendorong perempuan untuk bermain catur. Tapi saya melihat ke depan untuk membuat langkah saya sendiri. Jika sistem yang diterapkan oleh FIDE dapat ditingkatkan dengan cara yang wajar, saya pikir saya tidak akan sepenuhnya berhenti dari dunia catur perempuan, setidaknya tidak sekarang. Tapi selama pemenang pertandingan Women’s World Chess Match otomatis kehilangan gelarnya tanpa bertanding, sayangnya saya tidak punya pilihan lain selain berhenti berpartisipasi dalam semua siklus kejuaraan catur wanita. Namun bila berpikir positif, ini mungkin tidak begitu buruk, ini akan memungkinkan saya untuk fokus pada tingkat atas percaturan dunia, di lapangan "laki-laki"... Saya bisa mencoba untuk menjadi lebih kuat, lebih efisien, karena tidak ada kewajiban untuk bertanding di kejuaraan antara perempuan lagi.
Wartawan: Satu pertanyaan akhir... Jika FIDE menerima proposal Anda, andaikan mereka setuju untuk menjadikan pemenang Women’s World Chess Championship 2017 sebagai “Penantang” dan bukannya “Juara Dunia”, apakah Anda bersedia kembali bergabung dalam sistem? Apakah Anda akan mempertahankan gelar Anda terhadap sang Penantang?
Hou Yifan: Tentu saja. Harap diingat bahwa saya tidak berhenti dari seluruh sistem, saya hanya menarik diri dari siklus FIDE Women’s Grand Prix dan menangguhkan keikutsertaan saya di Women’s World Chess Championship 2017 di Iran. Jika pemenangnya nanti hanya akan menjadi “Penantang”, maka saya akan melanjutkan partisipasi saya dengan pasti. Logikanya seperti ini: jika FIDE tetap dengan sistem kejuaraan dunia untuk wanita seperti sekarang, saya akan drop out dari semua itu. Bila ada perubahan, selagi saya masih menggenggam gelar Juara Dunia Catur Wanita, saya siap dan bersedia mempertahankannya dalam pertandingan melawan setiap “Penantang”.