KEJUARAAN Dunia Catur Wanita (WWCC) 2017 yang diawali dengan berbagai kisah kontroversi ketika peraturan khusus “wajib memakai hijab bagi semua peserta saat bertanding” ditetapkan oleh tuan rumah penyelenggara Iran Chess Federation dan menyebabkan beberapa pemain mengundurkan diri, telah berakhir kemarin petang (4/3/2017) WIB dan ditutup secara resmi oleh Presiden FIDE Kirsan Ilyumzhinov bersama Menteri Pemuda & Olahraga Iran Masoud Soltanifar dan Ketua Umum Iran Chess Federation sekaligus merangkap Ketua Panitia Penyelenggara Mehrdad Pahlevandazdeh.
Meskipun bobot kejuaraan ini sedikit menurun dengan “ngambeknya” Juara Dunia Sejati Catur Wanita GM Hou Yifan dari China yang memprotes sistem yang diterapkan oleh FIDE untuk menangani kejuaraan dunia catur wanita selama ini, tapi kita tidak bisa tidak mengucapkan selamat kepada WGM Tan Zhongyi dari China yang telah menunjukkan mental baja dan semangat juang tinggi dari “seseorang yang tidak diunggulkan” menjadi “sang Ratu baru” Juara Dunia Catur Wanita 2017! Merunut sejenak ke game tie-break putaran final yang dijalaninya menghadapi Juara Dunia Catur Cepat-Kilat Wanita saat ini GM Anna Muzychuk dari Ukraina (3/3/2017) jelas menampakkan keuletan Tan Zhongyi.
Di game pertama tie-break, Tan Zhongyi yang memegang buah hitam memainkan variasi aneh dari Pertahanan Petroff dan segera menemui masalah besar. Posisi menang sudah digenggam Anna Muzychuk dengan buah-buah caturnya yang sangat aktif di sayap menteri, tetapi pada beberapa kesempatan tampak dia “terlalu khawatir" dengan counterplay yang dilancarkan oleh hitam dan mengajak “adu benteng” di langkah ke-29 (notasi Inggris: 29.Rb5, padahal yang seharusnya dijalankan berdasarkan analisa komputer adalah 29.Ra6 berlanjut 30.Rc6 dan putih mendominasi). Tetapi ajakan pertukaran benteng itu dihindari sementara oleh Tan Zhongyi, karena melihat peluang dari rentannya bidak-bidak di sayap raja putih yang memberinya kesempatan untuk melancarkan “aksi” balasan, baru di langkah ke-50 (50...Rh2) gantian dia yang “menantang adu benteng” yang tidak bisa ditolak oleh Anna Muzychuk kalau tidak ingin kalah. Game tie-break pertama berakhir remis.
Berikut rekaman langkah-langkah game tie-break ke-1 sebelum terhapus:
Dengan hanya lima menit waktu jeda, Anna Muzychuk tampaknya belum pulih dari kekecewaannya pada game pertama ketika memasuki game ke-dua. Namun demikian dia berhasil mencapai posisi yang seimbang di tahap pembukaan dari Pertahanan Slavia yang sering dipercayainya saat memegang buah hitam menghadapi pembukaan bidak menteri putih (1.d4). Hanya saja setelah buah-buah caturnya mencapai aktivitas maksimum, dia mulai berambisi merebut kemenangan dengan menempuh risiko melancarkan agresi di sayap menteri sampai-sampai mengorbankan satu bidaknya (atau “sebuah kealpaan”) di langkah ke-31...Qb4?! mengajak pertukaran menteri yang dihindari Tan Zhongyi dengan memukul bidak "gratis" a7 (32.Qxa7). Secara bertahap pelan-pelan medan pertempuran mulai diambil alih oleh Tan Zhongyi yang “kelihatannya” pada awalnya sudah cukup puas dengan hasil draw saja walau memegang buah putih. Kini Anna Muzychuk berkonsentrasi merebut kembali satu bidaknya yang “gugur percuma”, sementara Tan Zhongyi membidik posisi rentan raja hitam yang “ditinggal sendirian” oleh para perwira hitam. Cerita bagusnya: hitam berhasil menciptakan satu bidak bebas di lajur b yang sulit dicegah untuk promosi, cerita jeleknya: posisi raja hitam gampang di “skak berulang” oleh putih bila putih menginginkan pertempuran berakhir remis. Tapi yang terjadi adalah justru cerita tragedi: Anna Muzychuk tampaknya menghindari “draw karena skak berulang” pada langkah ke-39 dengan melangkahkan rajanya ke petak h6 (39...Kh6?) – yang seharusnya adalah ke petak g8 (39...Kg8) – menyebabkan rajanya dalam posisi terjepit bahaya yang sulit dihindarkan. Blunder pertama namun yang paling fatal telah dilakukan oleh Anna Muzychuk selama kejuaraan ini!
Tiga langkah kemudian Anna Muzychuk menyerah, sekaligus “menyerahkan” gelar dan mahkota Juara Dunia Catur Wanita Ke-16/2017 kepada Tan Zhongyi beserta hadiahnya yang berjumlah 60.000 USD atau sekitar Rp 780 juta!
Berikut rekaman langkah-langkah game tie-break ke-2 sebelum terhapus:
Pada acara closing ceremony kemarin, tampaknya Anna Muzychuk sudah “legowo” dengan kekalahannya. Dia mengatakan sudah merasa puas dengan semua upaya dan perjuangannya hinga menjadi runner-up WWCC 2017... (Kemungkinan besar "legowo"nya karena dia juga membawa “uang jajan dan oleh-oleh pulang” sejumlah 30.000 USD atau sekitar Rp 390 juta...!)
(Keterangan foto kiri bawah: Pria sebelah kiri adalah pelatih tim catur putri China GM Yu Shaoteng yang semula juga tidak percaya bahwa pecatur asuhannya WGM Tan Zhongyi mampu menjuarai WWCC 2017. Kiri atas: GM Ju Wenjun unggulan pertama WWCC 2017 yang ditaklukkan oleh rekannya sendiri. Kanan: Sang Juara Dunia Sejati Catur Wanita GM Hou Yifan yang "rela tidak rela" terpaksa menanggalkan gelarnya karena tidak setuju dengan sistem yang diterapkan oleh FIDE)
Meskipun gelar Juara Dunia Catur Wanita telah “dicopot” dari GM Hou Yifan dari China yang tampaknya mulai memasuki “dunia catur pria” dengan menerima tawaran FIDE untuk menjadi satu-satunya wanita yang ikut bertanding di FIDE Grand Prix Pria putaran pertama di Sharjah Uni Emirat Arab yang telah berakhir tanggal 28 Februari 2017 lalu, namun gelar tersebut ternyata kembali “pulang” ke negara China. Bila sistem kompetisi FIDE berjalan sesuai yang direncanakan, maka sang Ratu Catur baru Tan Zhongyi harus melewati pertandingan “mandatory” (wajib) mempertahankan gelar yang baru disandangnya menghadapi rekannya sendiri GM Ju Wenjun (unggulan pertama WWCC 2017 yang gugur di tangan Tan Zhongyi) yang merupakan Juara FIDE Women’s Grand Prix seri 2015-2016.
Di mana dan kapan “duel” itu akan dilangsungkan, mari kita tunggu saja. Yang pasti turnamen-turnamen dan kejuaraan-kejuaraan catur di tingkat internasional semakin banyak dan semarak diadakan, semoga hal ini bisa menjadi motivasi bagi para pecatur Indonesia untuk melangkah memasuki percaturan dunia.